Di pesantren
biasa dipelajari kitab Sullam al-Taufiq karya Syekh Abdullah Bin Al-Husain Ba
Alawi Al-Hadhrami (1778-1855). Kitab ringkas ini berisikan tiga pokok bahasan:
tauhid, fiqh dan tasawuf.
KH Abdul Hamid Pasuruan, yang disebut-sebut sebagai
salah satu wali tanah Jawa, menggubah isi kitab ini dalam bentuk puisi
(nazham).
Di bawah ini saya tuliskan dengan sedikit penjelasan, cuplikan isi
kitab Nazham Sullam al-Taufiq tersebut, dengan niat mencari keberkahan di bulan
Sya’ban dari Syekh Abdullah, Kiai Hamid, dan dua nama besar yang disebut dalam
bait-bait di bawah ini: Habib Abdullah al-Haddad dan Imam Al-Ghazali. Lahumul
fatihah…
Ya ahla la
ilaha illallah * ‘addha maqalan shafiyan fahwahu
Qad qalaha
al-sayyid ‘Ali al-Jahi * yu’rafu bi al-Haddadi ‘abdullahi
Likulli mu’minin
bi dzaka yanbaghi * an yatahalla wahwa hadza fabtaghi
(Untuk kalian
yang bersandar pada kalimat tauhid, peganglah nasehat yang amat jernih makna
kandungannya ini, yang telah disampaikan seotrang Sayyid yang tinggi
derajatnya, yang terkenal dengan julukan al-Haddad, yaitu Habib Abdullah.
Setiap Muslim sebaiknya berhias diri dengan nasehat beliau, sebagaimana
disampaikan berikut ini, maka hendaklah engkau meraihnya)
‘alayka bi
al-khusyu’i wa al-tawadhu’I * wal khawfi wal wajali wajha al-shani’i
(Hendaklah
engkau bersikap khusyu’ dan tawadhu’, takut dan segan kepada Sang Maha
Pencipta)
Waz zuhdi fid
dunya wa bil qana’at * biqismatin fahtadziri al-thama’at
(Bersikap zuhud
(tidak terpikat) terhadap dunia dan bersikap qana’ah (menerima dengan rela)
terhadap apa yang ada, maka bersikap waspadalah pada sifat thama’ (serakah))
Wa an takuna
basithan wa munfiqan * lifadhilin wa nashihan wa musyfiqan
Kadza rahiman
bil ‘ibadi amira * bil ‘urfi nahiyan ‘anil ladz unkira
(Berhati
lapang, gemar memberikan yang lebih dari yang engkau butuhkan, suka menasehati,
dan pedui kepada orag lain. Sayangilah pula para hamba Allah, dan jalankan amar
ma’ruf nahi munkar)
Wa kun
musari’an ilal khayrati* mulaziman lillahi lit tha’ati
(Bersegeralah
menuju kebaikan dan tetaplah selalu taat kepada Allah)
Wa kun ‘alal
khuyuri dallan mursyida * wa da’iyan ilar rasyadi wal huda
(Jadilah
penunjuk dan penuntun menuju kebaikan dan penyeru kepada kebenaran dan hidayah
dari Allah)
Waltaku bil
waqari was sakinat * was shumta wat tuadatits tsaminat
Was shadra
wassi’ wal janaha layyini * makhfudha janibin wa khulqan hassini
(Jadilah
pribadi yang santun, tidak mudah galau, berdiam diri dari pembicaraan yang
tidak berguna, dan tidak terburu-buru dalam bersikap. Berlapang dada lah, lemah
lembut, rendah hati dan selalu berusaha memperbaiki akhlak mu)
Fakhaliqin nasa
bi husnil khuluqi * innal bala muwakkalun bil mantiqi
Wa dallana
salamatul insani * ya shahi fi wiqayatil lisani
(Maka bergaulah
kepada yang lain dengan ahlak yang baik. Sungguh turunnya bala bencana itu
dikuasakan kepada ucapan. Wahai sahabatku, pangkal keselamatan itu dalam
menjaga lisan)
La daza
takabburin ‘ala man dunaka * wa la tajabburin fashunhu shanaka
Qala al-Ghazali
kullu man nafsa yara * khayran minal ghayri faqad takabbara
(Jangan
bersifat takabur, lebih-lebih kepada orang yang di bawah mu, dan jangan pula
sewenang-wenang. Jaga lisanmu maka ia pun akan menjaga dirimu. Imam al-Ghazali
sudah mengingatkan kita: semua yang memandang dirinya sendiri lebih baik dari
yang lain, maka ia telah bersikap takabur)
Wa la harishan
amrad dunya al-sahirat * wa la muakhkhiran umural akhirat
Wa la takun lil
mali jami’an wa la * tamna’ lahu ‘an haqqihi fatabkhala
(Jangan pula
bersikap rakus terhadap urusan dunia yang selalu menggoda, dan jangan suka
meng-akhirkan urusan akhirat. Janganlah menumpuk harta, dan jangan pula
menghalangi pengeluaran harta sesuai haknya, sehingga engaku menjadi orang yang
pelit)
La jafiyyan wa
la ghalizha al-qalbi la * fazzha mumariyyan wa la mujadila
(Jangan
merenggangkan tali persaudaraan, berhati bengis, bertutur kata sinis, saling
menjatuhkan dengan kata-kata dan berlanjut dengan saling berbantahan)
Iyyaka wal
qaswata wal mukhashmat * waddhiyqa su-a al-khulqi wal mudahanat
(Jauhilah sifat
keras hati dalam menerima nasehat dan kebenaran, jangan suka bertengkar, sempit
jiwamu kelak akibat tabiat buruk mu yang suka menjilat sesuai kepentingan mu)
Wal khid’a wal
ghissya wa taqdimal ghani * ‘ala al-faqiri dza li amnil fitani
(Jangan menipu,
curang dan lebih mengutamakan orang kaya ketimbang orang miskin. Ini semua
untuk menghindar dari berbagai ujian bala’ bencana)
Wa la
taraddadna ‘ala al-sulthani * wa la tushahibhu mada al-zamani
(Jangan pula
bolak-balik mendatangi penguasa dan menempel terus sepanjang waktu kepada
penguasa)
Waf’al wa la
taskut ‘ala al-inkari * ‘ala al-salathini ma’a al-iqdari
(Berbuatlah
sesuatu dan jangan hanya berdiam diri terhapa kezaliman penguasa, selama kamu
mampu melakukannya)
Fa afdhalu
al-jihadi qawlu haqqi * ‘inda imam ja-irin dzi humqi
(Karena jihad
paling afdhal itu menyuarakan kebenaran kepada penguasa yg zalim dan bodoh)
Wa la takun lil
jahi ka al-riyasati * tuhibbu wal mali wa lil wilayati
Bal karihan li
hadzihi al-akhirat * illa li hajatin aw al-dharurrat
(Jangan gila
pada kedudukan, semisal ingin sekali menjadi pemimpin, atau gila harta dan gila
kekuasaan. Bahkan perkara yang terakhir ini seharusnya engkau tidak menyukainya
kecuali karena ada kebutuhan penting atau darurat)
Qadintahat
mwa’izhu al-Haddad * ‘alwi bin ‘Abdillah dzil imdad
‘atthir lahu bi
anfahi al-ridwani * dharihahu ya khaliqal akwani
(Selesai sudah
nasehat Sayyid Abdullah bin ‘Alawi al-Haddad. Wahai Sang pencipta alam semesta,
taburilah kubur beliau dengan keridhaan-Mu yang harum mewangi)
Prof. Nadirsyah
Hosen
Rais Syuriah
PCI Nahdlatul Ulama
Australia - New
Zealand
0 komentar:
Posting Komentar