Adab
ini definisinya ialah tata krama, moral atau nilai-nilai yang dianggap baik
oleh kelompok masyarakat. Keberhasilan seseorang dalam segala hal hampir
ditentukan oleh sejauh mana seseorang itu menjaga adabnya. Adab adalah semua
kandungan agama Islam. Menutup aurat termasuk adab, bersuci dari kotoran
termasuk adab, termasuk berdiri dihadapan Allah swt dalam keadaan suci. Makanya
banyak orang yang suka berhias ketika sholat, karena mereka sedang berdiri di
hadapan Allah swt (M. Abdul Mujieb dkk, Ensiklopedia Tasawuf Imam al-Ghazali,
hal 22).
Robert
Frager Ph.D, seorang pimpinan Tarekat Jerrahi di California, Amerika serikat
dalam bukunya yang berjudul Obrolan Sufi, menjelaskan Tasawuf bukanlah ritual
berdzikir, sekedar menari-nari, berputar-putar atau membaca buku dan Syair para
sufi. Inti tasawuf sebenarnya adalah Adab. Adab ini rmerupakan buah ihsan,
upaya untuk mengembangkan rasa butuh akan kehadiran Tuhan. Jika kita memiliki
ihsan dan iman, maka kita akan menyadari bahwa Tuhan selalu hadir. Kemudian, tentu
saja, kita akan secara otomatis berperilaku dengan adab (Robert Frager, Obrolan
Sufi, 2013, hal 201).
Masih
menurut Frager, dalam pengamatannya masih ditemukan Sufi yang tidak
mengindahkan adab, terutama kepada sesama darwis maupun terhadap gurunya (mursyid).
Misalnya membelakangi guru, merasa gurunya saja yang bisa dijadikan panutan
atau terkadang tidak menyimak apa yang disampaikan guru. Harap dicatat, seorang
Mursyid adalah dokter hati. Apapun pelajaran yang disampaikan seorang mursyid
itu adalah obat untuk hati dan pikiran sang murid. Jadi apapun yang disampaikan
mursyid, harus diperhatikan secara seksama (Robert Frager, hal 349).
Adab
lainnya yang harus diperhatikan seorang sufi ialah semaksimal mungkin dirinya
meminimalisir hal-hal yang mengakibatkan menumpuknya dosa. Menumpuknya dosa
akan mengotori hati dan jiwa. Kalau kita bandingkan dengan filsafat, tasawuf
ini tidak bisa dicapai bila kita jauh dari Allah karena terhalang oleh
dosa-dosa kita. Bukankah syarat dekat dengan Allah swt itu kesucian jiwa?.
Adapun untuk berfilsafat dan mencapai kebenaran hakiki, kesucian atau kesalehan
seseorang barangkali tidak menjadi syarat utama. Bisa kita lihat di dunia
filsafat, terutama filsafat di Barat kita akan menemukan filosof-filosof besar
yang tidak bertuhan bahkan ada yang homoseksual (Mulyadhi Kartanegara,
Menyelami Lubuk Tasawuf, hal 169). Inilah pentingnya adab. Hanya Islam, agama
yang amat perhatian terhadap adab.
Bukan
hanya sang murid, seorang mursyid (syaikh) juga harus memperhatikan adabnya.
Salah satu adab seorang syaikh adalah banyak diam dihadapan setiap orang yang
berbicara, mampu mengetahui kata-kata yang benar dan yang salah, kata-kata yang
jujur dan yang dusta, mampu membedakan orang yang jujur dan orang yang dusta
(Said Hawwa, Jalan Ruhani: Bimbingan Tasawuf untuk Aktivis Islam, hal 277).
Terakhir
sebelum menutup artikel ini, apabila kita menemukan orang yang mengaku
mengamalkan ajaran-ajaran tasawuf tetapi dia tidak mengindahkan yang namanya
adab, maka yang seperti itu perlu kita nasehati supaya kembali ke jalan yang
lurus. Wallahu’allam bishowwab
Blogger Comment
Facebook Comment